Lilypie Kids Birthday tickers

SD buat Nandra

Iyes..#jendKancil sudah mau SD aja. Dulu sih rencananya cuma setahun di TK tapi karena motorik halus Nandra masih harus dilatih lagi jadi AyBun menunda setahun lagi. Ga masalah.. biar Nandra puas main.


Nah sekarang udah saatnya milah-milih. Telat sih.. tapi ya gimana.. Bunda di Jakarta. Ayah kerjanya sibuk. Jadi cuma bisa liat sekolah di hari sabtu terus ga semua sekolah buka di hari sabtu. (--") *pukpuk ayah yang harus nyari sekolah sendirian sambil nyari duit*


Pertama bahas kriteria sekolah yang kita mau ya..



  1. Ga full day. Ini amanat khusus dari Ayah. Ayah mau Nandra punya waktu buat ketemu teman les dan teman rumah. Kalau Bunda sih ga masalah.. kalau fullday bagusnya kegiatan Nan udah teratur dan Ayah bisa kerja dengan maksimal karena ga perlu bolak-balik antar jemput sebentar-sebentar (yang mana ayahnya ga masalah kalau antar jemput walau bunda kasian. Takut ayah capek) Soal antar jemput ini ya.. walau bunda sudah mengusulkan untuk outsourching aja pas jemputnya.. Ayah ga mau. Ayah mau ngedenger cerita Nandra pas pulang sekolah. Co cuittt.


  2. Kalau Bunda pengennya kultur anak-anaknya lebih beragam, agamanya juga, biar toleransi. Pengennya inklusi juga. Biar toleransi juga. Tapi kalau dapat yang sekolah islam juga ga masalah.


  3. Konsep sekolahnya sih masih sama kaya' pas nyari TK. Yang bikin anak-anak senang kalau sekolah. Yang hubungan antara guru dan muridnya dekat. Yang santai (dalam arti ga terlalu ngatur buat hal-hal kecil yang ga berkaitan langsung dengan belajar, contoh: rambut panjang, sepatu, seragam, tempat duduk, dll)


  4. Ga ada tes calistung. Walau Nandra udah bisa baca tulis AyBun tetap ga mau kalau sekolahnya ada tes calistung. Kita mau tau gurunya mau susah apa enggak. Mau ngajarin ga?


  5. Bukan negeri. Negeri itu nanti saja. Hihi.. hasil bincang-bincang dengan sesama ibu-ibu, SD negeri di Bandung yang favorit aja money oriented gitu. Anak diajarin kalau beli bukunya di guru. Kalau enggak ya dicuekin. Ahem. Lagian menurut Bunda sekolah negeri itu terkesan anaknya pintar pintar karena yang masuk memang udah pintar dari sononya. Hihi. Ini kan Aybunnya pas SMA di negeri.. berasa lah bedanya pas kita di swasta dulu. Terus ya kan pengennya anak bukan cerdas aja. tapi emosional dan kreativitasnya juga kebentuk. Agamanya juga.


  6. Ada Psikolog sendiri.


  7. Yang pasti Nan senang sama sekolahnya.

Jadi metode Aybun adalah.. nyari-nyari dulu sekolah mana yang mau dikunjungi. Kalau dari internet kita dapat blognya mbak Ines yang bahas banyak sekolah, lengkap dengan biayanya. Biayanya silahkan dikali kenaikan 25% per tahun ya.


Dari blog itu disortir berdasarkan biaya. Hehehe.. bukan hanya soal uang muka dan spp yang bikin kantong jebol. Kalau dipaksain sih bisa aja. Tapi AyBun mikir gaya hidup bagaimana yang mau kami tanamkan. Nanti Nandra merasa punya psp, sepatu merk ini, tas merk itu, makan disini, bawa ipad, punya hp, dan lain-lain itu adalah kewajaran. Karena teman-teman dia mampu begitu. Padahal menurut Aybun itu adalah kemewahan yang bisa didapatkan karena kerja, bukan pemberian.


Selanjutnya kita sortir berdasarkan lokasi. Berhubung nantinya akan tinggal di daerah Bandung Timur ya nyari sekolah dekat-dekat situ. Maka terpilihlah sekolah Cendekia Muda, Cerdas Muthahari, dan Sekolah Alam Mutiara Hati untuk dikunjungi. Berhubung hari sabtu yang ada gurunya cuma Muthahari. Cendekia Muda tutup. Sekolah Alam cuma bisa diliat aja, gurunya enggak ada.


Nanti setelah dibikin shortlist dari sekolah-sekolah itu kami akan konsultasi dengan kepala sekolah TK Anak langit, secara kita cocok dengan konsep psikolog-nya, Bu Lilis. Jadi kalau katu Bu Lilis Oke.. mari kita lanjut, dengan membawa Nandra untuk test drive.


Perhatian: Semua yang ditulis disini hanya pendapat pribadi ya.. ga bermaksud untuk menjual sesuatu dengan berlebihan atau menjelekkan sesuatu. Benar-benar pendapat pribadi.


Sekolah Cerdas Muthahari


Pertama kali datang, desain bangunannya ajaib dan jalanan depan sekolahnya rusak banget. Tapi langsung jatuh cinta liat bangunannya yang oke, ruang kelasnya yang nyaman. Langsung senang. Beda sih ya sama sekolah kita jaman dahulu.


Kelebihan




  1. konsep belajarnya sama dengan TK sekarang. Anak-anak dibikin nyaman.


  2. ruang kelasnya bagus. Bangunannya juga oke dan bersih. tempat duduk boleh diubah-ubah, gimana kesepakatan kelas aja. Kalau mau belajar di lantai juga oke.


  3. ada kelas minat yang bisa dipilih. Ada kelas sulap juga.


  4. satu kelas hanya 25 anak dengan dua guru.


  5. ada lapangan bermain yang cukup luas


  6. ada catering, cuma Rp6.000 per hari. Jadi dijamin jajan sehat.


  7. anak-anak gantian ngisi mading sekolah. Lucu deh bacanya.

Kekurangan




  1. Sekolah ini menjual konsep multimedianya. dimana anak-anak belajar dengan e-book yang harganya Rp2jt per tahun. Kenapa ini jadi kekurangan? Karena bapaknya Nandra programmer. Dia ngerti multimedia. Pantas ga dikasih harga segitu? Menurut bapaknya ga. E-booknya biasa aja kata bapak-e. Ga macam aplikasi belajar di ipad. Hahaha. Dan kalau mau ada handbook ya silahkan diprint sendiri. Modal ya... Dan menurut si emak, belajar dari buku print-an dengan belajar dari buku beneran (yang halamannya konclong, warna warni, dan bersih itu) jauh lebih enak belajar dari buku beneran. Trus hitung-hitung buku erlangga setahun ga sampai dua juta rasanya.


  2. Di setiap kelas ada komputer murid dan komputer guru untuk menunjang proses belajar. Kan konsepnya multimedia gitu. Masalahnya adalah.. satu komputer untuk 25 anak? ya salam. Niscaya rebut-rebutan. Sebenarnya sih kita lebih senang Nan main di luar lah daripada istriahat main komputer. Tapi namanya anak ya.. pasti pengen main komputer, terus kalau jadi berantem gara-gara rebutan komputer emaknya pasti sedih.


  3. Full day sampai jam 1. Les EF nya gimana?


  4. Ga ada sholat dhuha. ya kalau labelnya sekolah islam maunya sih sekalian dibiasain sholat sunnah.


  5. Perpustakaannya belum jadi. Yang ada sekarang nyampur dengan ruangan multimedia dimana (yg bikin emak bapaknya ga sreg) ga bisa sembarangan masuk. Ada jam belajarnya. Aybun itu dari kecil suka nongkrong di perpus baca-baca buku.. lah ini kalau perpusnya ga boleh masuk selain jam yang ditentukan (bahkan saat istriahat) gimana ceritanya?


  6. Ada tulisan kalau murid yang tidak berkepentingan tidak boleh masuk ke ruang guru. Hmm.. dulu sekolah Aybun itu murid bisa masuk ke ruang guru.. ngobrol. Jadinya kan akrab ya..


  7. Udah cerita kan kalau desain bangunannya ga biasa? nah pintu kelasnya juga ga biasa. Bentuknya trapesium gitu. Si emak saja kakinya kesandung pintu. Kebayang anak-anak yang doyan lari sana sini.

Jadi ya kesimpulan bapaknya.. kalau mereka ga menjual konsep multimedianya itu.. kami akan senang mendaftarkan Nandra. Secara menurut bapaknya (yang sudah jatuh cinta dengan bangunanya dan konsep belajarnya) konsep multimedianya biasa aja.


Sekolah Alam Mutiara Hati


Kita cuma liat bangunannya aja, ga ngobrol sama gurunya. Tapi langsung keluar dari short list karena.. "Kenapa sih sekolah alam itu bangunannya harus kumuh-kumuh gimana gitu" Waktu sekolah Alam Dago juga.. Emang alam konsepnya gitu ya? Kalau bangunannya tembok dengan lantai marmer terus jalannya disemen konsep alamnya ilang? Enggak kan.. Jadi ya emaknya ga mau. Ditambah jaraknya lumayan jauh dari calon rumah. Dan #jendKancil itu ga takut kotor kog.. jadi tujuan agar dia dekat dengan alam sudah tercapai di rumah. Hihi


-Pencarian hari pertama berakhir-

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

4 Response to "SD buat Nandra"

  1. Anonim Says:
    19 Agustus 2013 pukul 09.40

    Salam wa rahmah. Bunda Nandra yang baik hati, maaf menggangu :-). Saya tahu ini sudah sangat terlambat, tapi sekadar klarifikasi, karena informasi di internet bisa dengan cepat menyebar.

    Nama saya Miftah, dari Sekolah Cerdas Muthahhari. Ada beberapa hal yang ingin dijelaskan lebih jauh, mungkin kalau hal-hal yang Ibu sampaika di blog dapat ditanyakan dulu ke Sekolah, akan ada informasi bandingan.

    Pertama, uang 2 juta itu bukan untuk EBook, tapi uang kegiatan dlm setahun. Biaya EBooknya jauh lebih rendah dari itu, karena lebih banyak biaya dialokasikan untuk kegiatan. Kami juga masih berupaya terus menyempurnakan mimpi-mimpi dalam bidang multimedia ini.

    Kedua, tentang tulisan "murid tidak boleh masuk ke ruang guru" sebetulnya ada tambahan, yaitu "tanpa izin". Tentu murid boleh masuk kapan saja, tapi kami ingin membiasakan mereka untuk meminta izin sebelum masuk, melihat apakah ibu dan bapak gurunya sedang berkegiatan atau tidak.

    Ketiga, tentang satu komputer untuk satu anak. Benar, bila di kelas memang mereka harus bergantian dan belajar menahan diri pada saat bukan giliran mereka. Kami anggap ini bagian dari pembelajaran. Tetapi pada jam-jam komputer (empat jam seminggu) mereka bisa bermain di lab komputer, di mana setiap anak mendapat satu komputer.

    Tentang yang lainnya, Ibu benar. Pintu trapesium itu sering membuat orang tersandung. Itu hanya ada pada ruang-ruang desain awal (empat kelas). Setelah itu, kami perbaiki. Belasan kelas lainnya tidak lagi seperti itu.

    Adapun tentang perpustakaan, memang sedang kami lengkapi dan perbaiki. Tetapi setiap kelas kami perkaya dengan perpustakaan mini di setiap sudut kelas, yang dapat dimanfaatkan ananda kapan saja.

    Demikian Bu, terima kasih kunjungan Ibu. Mudah-mudahan klarifikasi ini dapat membantu orangtua lain yang juga punya pertanyaan yang sama.

    Salam buat Nandra dan ayahandanya.

    Miftah F. Rakhmat

  2. Unknown Says:
    14 April 2014 pukul 02.28

    Assalamualaikum Wr Wb

    Semoga Ustad Miftah dan Ustad Jalal selalu dalam lindungan Allah SWT. Saya murid Bpk waktu di Smu Plus Muthahhari. Hanya ingin sekedar berucap beribu ribu terima kasih karena berkat bimbingan guru-guru,serta Ustad-Ustad di Muthahhari terdahulu., saya bisa menjadi seperti ini.

    Sekolah di sekolahan Ustad, sangat menyenangkan, we can open our mind, explore it, tahu banyak tentang agama dan masih banyak hal-hal positif lainnya

    wassalamualaikum WR Wb

    Khairul Iqbal
    Angkatan X

  3. Anonim Says:
    20 Desember 2014 pukul 07.29

    Assalamualaikum. Saya ingin berbagi sedikit cerita. Tahun lalu suami saya hendak mendaftarkan anak kami ke muthahhari, pertimbangannya adalah karena lokasinya dekat dengan tempat kerja suami sehingga mudah antar jemput. Ketika dalam perjalanan kesana, suami berhenti sejenak untuk berbelanja minuman dan bercakapcakap dengan orang di warung tersebut. Ketika tau bahwa suami akan ke muthahhari,orang itu secara mengejutkan melarangnya.Dia memberitahu suami bahwa sekolag muthahari mengajarkan syiah secara terselubung melalui kegiatan kegiatannya,selain itu dia mengatakan bahwa guru gurunya kurang bagus karena sistem perekrutan guru dan karyawan bukan karena prestasinya tapi karena hubungan teman dekat dengan pemilik sekolah,kemudian dia juga mengatakan biayanya sangat mahal tak sebanding dengan kualitas guru. Suami saya bertanya darimana dia dapat info itu,dia bilang tetangganya ada yang menyekolagkan anak di muthahari. Karena kaget mendapat cerita seperti itu akhirnya suami saya mendaftarkan anak di sekolah islam lain. Kami tidak tau apakah cerita itu benar atau salah harapan kami semoga dunia pendidikan anak indonesia semakin baik terimakasih wassalamualaikum

  4. Anonim Says:
    20 Desember 2014 pukul 07.34

    Maaf ada satu lagi yang kami dengar dari orang itu, barangkali ini sesuatu yang sensitip,yaitu isu bahwa muthahhari menarik uang sekolah yang sangat besar untuk dipergunakan dalam menyebarluaskan syiah jadi seakan akan yayasan ini yayasan penggalangan dana dan bukan sekolahan betulan,apakah ini benar mohon info.Walaupun anak kami sekarang sudah sekolah di tempat lain tapi kami ingin tau kebenarannya terimakasih